18 Januari 2008

Bercinta dengan logika


BERCINTA DENGAN LOGIKA :
mengolah hidup dengan akal dan hati

Tulisan ini terinspirasi ketika saya telah menonton film ”JOMBLO”. Dalam film tersebut ada pernyataan yang disampaikan oleh seorang aktor kepada temannya yaitu ”cinta itu ndak bisa pakai logika”. Pesan yang cukup mendalam, bila didengar sekilas, ada benarnya juga, sebab pesan ini merupakan realita yang sering terjadi sekarang.
Maksud loh ?? Intinya, bukanlah suatu kebenaran yang mutlak. Justru bercinta dengan logika lebih baik tanpa logika meskipun cenderung lambat sih. Kenapa ???

Sebelum menjawabnya, saya ingin merenungkan kembali ayat Al-Quran ini :
”..... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. ” (Al-Baqarah : 216).

Saya memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan. Taqdir adalah suatu pilihan, namun segala yang kita pilih atau cintai belum tentu merupakan suatu hal yang baik. Jadi apa yang perlu saya lakukan agar kebebasan bercinta ini tidak menjadi musuh bagiku di dunia dan akhirat ?.
Ada empat kenikmatan dunia yang saya cintai, namun saya menyadari hal ini pula yang dapat menjadi ujian, musuh atau bahkan dosa bagiku. Apa itu ?
(1) Wanita, (2) Kekuasaan, (3) Harta, dan (4) Anak.

Mereka benar-benar adalah surga dunia, bila ku bercinta dengan nafsu maka dosa besar akan merasuki diriku. Bila ku bercinta sekedar dengan akal, saya merasa belum mampu menanggung amanah tersebut. Namun ku tak berani meninggalkannya, karena saya sadar pula mereka dapat menjadi potensi yang penuh berkah dan manfaat untuk kebaikan.

Apa yang harus ku jadikan bekal, agar tindakanku, pilihanku jauh dari kesesatan ?

”yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya, mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang yang mempunyai akal”. (Az-Zumar : 18)

”... ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia) ”. (Ali Imran : 18)

” dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahanam), kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang yang lalai”. (Al-A’raf : 179)

”maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkan sesat berdasarkan ilmu-nya dan Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tiupan atas penglihatannya, maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat) ? , maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.” (Al-Jaatsiyah : 23)

ku bimbang dalam kegelapan
ku terus berpikir dalam hati
ku butuh cahaya-Mu terang benderang
karena ku tak rela cintaku mati